MENU
Blog Archive
PILIHAN
-
Sepak terjang aktiftis di kabupaten Subang ternyata mendapatkan sorotan yang lumayan sama dari pemerhati para aktifis tersebut. Menurut beb...
-
Yang mau nonton tv online silahkan tingal pilih aja Chanelnya... Terimakasih anda telah berkunjung.. Tar mampir lgi yahh di Blognya RTM.he...
-
Sepertinya kata “aku” untuk menamakan diriku sebagai kata tunggal lebih narsiz dan ke kotaan, setelah melakukan kontemplasi yang sangat pa...
-
MOHON DOA RESTU DAN DUKUNGANYA RUMAH TINTA
-
Dilihat dari segi kondisi sepertinya dia sudah tidak layak untuk diandalkan sebagai partner atau teman berjuang dalam mengga...
-
Peran pemuda di Subang belum diperhatikan, hal ini terlihat masih banyaknya pengangguran yang ada di kota nanas ini. Hal ini diungkapkan To...
-
Winamp adalah suatu pemutar media buatan Nullsoft , yang sekarang merupakan suatu cabang Time Warner . Winamp merupakan perangkat lunak f...
-
Revolusi adalah perebutan dan pergantian kekuasaan dari kelas lama (penguasa lama) oleh dan kepada kelas baru (penguasa baru) y...
-
Untuk mempermudah komunikasi antar karyawan dalam ruangan satu dengan ruang yang lain, Kita bisa memanfatkan aplikasi messenger atau dikenal...
RUMAH TINTA@MAGAGEMEN. Diberdayakan oleh Blogger.
Links frend
Ingat Waktu Yahh...!!!
Free SMS
Your browser does not support frame.
buku tamu
About company
- RUMAH TINTA
- Subang, Jawa Barat, Indonesia
- Rumah Tinta adalah Sebuah perusahan yang bergerak di bidang segala macam usaha. mohon doa restu dan dukunganya.
Total Tayangan Halaman
Jumat, 21 Januari 2011
Café-ka Bukan Sekedar Ngopi
Sepertinya kata “aku” untuk menamakan diriku sebagai kata tunggal lebih narsiz dan ke kotaan, setelah melakukan kontemplasi yang sangat panjang dan rumit (didramatisir, hehe) aku akan menggantikan kata “aku” diblog ini menjadi saya, jadi aku akan memanggil dan menyebut keakuanku dengan kata saya, jadi kedepannya seperti ini. . .
Saya, dengan beberapa teman di Komunitas saya akan melakukan diskusi “pergerakan” di Café-ka, sebuah tempat yang bukan hanya sebagai tempat ngopi dan nongkrong akan tetapi lebih dari itu, Café-ka akan menjadi sumber inspirasi, sumber keluarnya ide-ide kritis para aktifis dari kalangan jurnalist, mahasiswa dan sebagian Eksekutif yang masih mempunyai nilai idealisme.
Jadi, jangan berpandangan kalau Café-ka merupakan tempat berkumpulnya para “mesumers”, akan tetapi Café-ka ini tempat orang-orang yang mempunyai waktu luang untuk memikirkan kemajuan bangsa, ce’ileeee. . . (narsis mania).
Kenapa diberi nama Café-ka? Sebenarnya bukan kewenangan saya untuk menjelaskan penamaan ini, karena pemilik Café-ka adalah Papih (Kaka Suminta), berarti beliaulah yang punya kewenangan untuk menjelaskannya, tetapi kalau boleh saya berteori –lebih tepat mengira-ngira- Café-ka ini merupakan sebuah singkatan yang kepanjangannya Café Kaka Suminta.
Sesampainya ke Café-ka, tepatnya di Ranggawulung, Subang, saya bersama kawan-kawan bukannya melakukan diskusi malah segera melakukan manuver dengan menggelar nasi Timbel, hehehe,
MANUVER. Rumah Tinta segera menggelar Nasi Timbel di Cafe-kaDalam prakteknya, kita berdiskusi mengenang Malari (Malapetaka Lima belas Januari) yang terjadi pada tahun 1974 merupakan peristiwa demonstrasi mahasiswa yang terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Tanaka Kakuei sedang berkunjung ke Jakarta (14-17 Januari 1974). Mahasiswa merencanakan menyambut kedatangannya dengan berdemonstrasi di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Dan selanjutnya, dari diskusi Malari itu kemudian ditarik substansi pergerakan ke wilayah ke daerahan, Subang.
Diskusi tersebut dihadiri oleh tiga elemen aktifis, Mahasiswa, Blogger, dan Jurnalist, sedangkan yang me-wakwak menjadi pengantar dialog adalah mang Anas (dari Blogger), kang Boing (aktifis senior), dan Papih (Ketua KPUD Subang, yang juga aktifis tulen).
Epul Dimana? Kali ini saya menjadi tukang photo
Diskusipun berjalan, . . (tang…tung…teng… tang…tung…teng…)
Dan Pada akhirnya, saya dapat mengambil kesimpulan dari pertemuan di Café-ka, perlu adanya revitalisasi ruh pergerakan, sehingga kita bukan saja dapat menyatukan suara pergerakan akan tetapi kita perlu melakukan penetrasi penjelasan pentingnya sebuah pergerakan terhadap mahasiswa untuk membangun sebuah bangsa yang adil, makmur dan sejahtera, tentunya mensejahterakan rakyatnya.
Dan pada kenyataannya, Ruh pergerakan tersebut sudah tergerus oleh hedonisme mahasiswa, mahasiswa lebih mementingkan kepentingan pribadi, kesenangan, hura-hura dan kegiatan yang sedikitpun tidak ada kontribusinya terhadap kemajuan bangsa.
Diskusipun berakhir, kembali dengan rasa penasaran saya dan rasa ingin tau, maka saya bersepakat dengan kawan-kawan yang lain untuk melakukan diskusi lanjutan, dan kembali akhirnya kami pulang dengan banyak PR, diantaranya adalah menyatukan isyu dalam pergerakan bersama mahasiswa lintas organisasi, selain itu, kami juga membawa oleh-oleh agar lebih mendalam mengkaji Pemekaran Subang. (*) (epul katama).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar